Jumat, 10 Januari 2014

# Islamic Corner

Takdir Pendosa

Masih segar dalam ingatanku tentang beberapa tahun yang lalu, ketika ia menceritakan kisah nyata calon pengantin saleh-salehah yang berakhir menjadi pendosa. Kisah ini ia dapat dari ibunya.
Aku hampir tidak percaya dengan isi kisahnya.
Di tahun 2012 kemarin kubeli buku karya ustadz Salim A. Fillah yang berjudul "Menyimak Kicau Merajut Makna". Buku ini berisi banyak perihal ilmu aqidah-akhlak, ilmu pernikahan, dan lain sebagainya. Sarat makna, ngena, singkat-jelas-padat, dan sangat recommended. 
Ternyata terselip dengan jelas dan lengkap kisah nyata itu di halaman 230, berjudul "Mencintai Penanda Dosa". Dari buku ini, aku jadi percaya bahwa kisah itu benar-benar nyata adanya.


Begini singkat ceritanya.

Dia Muslimah yang taat, aktivis dakwah yang tangguh, akhwat yang jadi teladan di kampus, dan penuh dengan prestasi yang menyemangati rekan-rekan. Kesyukurannya makin lengkap tatkala prosesnya untuk menikah lancar dan mudah. Dia tinggal menghitung hari. Detik-detik serasa menyusup bahagia di napasnya.

Ikhwan itu, sang calon suami, seorang lelaki yang mungkin jadi dambaan semua sebayanya. Dia berasal dari keluarga tokoh terpandang dan kaya raya, tapi jelas tak manja. Dikenal juga sebagai 'pembesar' di kalangan para aktivis, usaha yang dirintisnya sejak kuliah telah mengentas banyak kawan, sungguh membanggakan. 

Hari akad dan walimah itu tinggal tujuh hari menjelang, ikhwan itu membawa mobil barunya seorang diri dan mendatangi sang Muslimah dengan rencana ingin meninjau rumah calon tempat tinggal yang mereka surgakan. Tidak ada keluarga yang mendampingi dan tidak ada teman sebagai penjaga dari khalwat. Maka, jadilah mereka hanya berdua menuju rumah baru tersebut.

Saat sang muslimah pamit ke kamar mandi untuk hajatnya, dengan bantuan seekor kecoa yang membuatnya berteriak ketakutan, syaitan bekerja dengan kelihaian menakjubkan. "Di rumah yang seharusnya kami bangun surga dalam Ridha-Nya, kami jatuh terjerembab ke neraka. Kami melakukan dosa besar terlaknat itu", dia tersedu. 

"Kisahnya tak berhenti sampai disitu. Pulang dari sana, kami berada dalam gejolak rasa yang sungguh menyiksa. Kami marah. Marah pada diri kami sendiri. Merasa kotor. Saya terus menangis di jok belakang. Dia menyetir dengan galau. Sesal itu menyakitkan sekali. Kami kacau. Kami merasa hancur."
Dan kecelakaan itu terjadi. Mobil menghantam truk pengangkut kayu di tikungan. Tepat sepekan sebelum pernikahan. Sang Muslimah koma selama hampir 4 bulan, dan na'asnya sang ikhwan meninggal dunia ditempat kejadian. Saat sang Muslimah bangun, ia kaget mendapati perutnya tengah hamil. Hingga akhirnya, sang Muslimah melahirkan anak perempuan yang cantik.

Dari kisah nyata ini sebenarnya telah memberikan pelajaran untuk kita semua. Bahwa, perjalanan hidup manusia pada akhirnya Allah juga yang menentukan bagaimana ending hidup kita. Kita tidak akan pernah bisa menyangka apa yang akan terjadi nanti. Yang saleh belum tentu diakhir hayat ia akan tetap saleh. Yang bejat belum tentu diakhir hayat ia tetap berbejat ria.

Contoh lain. Belum lama ini kita telah kehilangan seorang ustadz gaul yang diakhir hayatnya sangat dicintai para umat. Beliau adalah ustadz gaul Jefry al-Bukhary. Kisah masa lalu beliau sangat jauh dari sentuhan agama. Beliau bahkan dulunya adalah pemakai obat-obatan terlarang dan peminum berat. Dan setelah bertaubat hingga akhir hayatnya dipanggil Allah kemarin karena kecelakaan, beliau masih dirindukan dan didoakan oleh semua umat hingga sekarang. Maasha Allah...

Semoga ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini. Dan mohonlah kepada Allah agar senantiasa mengistiqomahkan hati kita dalam meniti jalanNya hingga saat Ia menjemput kita...

Wahai Allah, sayangilah jiwa-jiwa pendosa yang memperbaiki diri dengan sepenuh hati. Wahai Allah, jangan izinkan hati kami sedikitpun menghina jiwa-jiwa pendosa. Sebab ada kata-kata Imam Ahmad ibn Hanbal dalam kitab Az-Zuhd yang selalu menginsyafkan kami.
"Sejak dulu kami menyepakati bahwa jika seseorang menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, dia takkan mati sampai Allah mengujinya dengan dosa yang semisal dengannya."
Yaa Muqallibal Quluub, tsabbit qalbi 'ala diinik. Yaa Muqallibal Quluub, tsabbit qalbi 'ala ta'atik. Allahumma Musharrifal Quluub, sharrif quluubanaa 'alaa tho'atik. Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wa hablanaa mil-ladunka rahmah, Innaka antal wahhaab.. 
Aamiin...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Follow Us @soratemplates