Senin, 13 Januari 2014

# Islamic Corner

Menikah pun Perlu Ilmu

Bismillah..
Kemapanan itu tidak abadi. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. White (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta.
Dalam isyarat Nabi tentang menikah, ialah sunnah teranjur yang memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati. Maka menikah sebagai ibadah, memerlukan kesiapan dan persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. "Ba'ah" adalah parameter kesiapannya. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.

Persiapan menikah hendaknya segera membersamai datang baligh, sebab makna asal ba'ah dalam hadist itu adalah 'kemampuan seksual'. Imam Asy-Syaukani dalam Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, menambahkan makna ba'ah yakni kemampuan memberi mahar dan nafkah. Mengompromikan ba'ah dimakna utama (seksual) dan makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh. Jika kesiapan nikah diukur dengan ba'ah, maka persiapan adalah proses perbaikan diri yang tak pernah usai. Ia terus seumur hidup.
Berikut ini 5 bagian dalam persiapan nikah.

Ruuhiyyah (Spiritual) 
Persiapan ruuhiyyah ada pada soal menata diri menerima ujian dan tanggung jawab hidup yang lebih berlipat. Surat Ali Imran ayat 14: Sebelum nikah ujian kita linier, pasangan hidup. Begitu nikah berjejalin; pasangan, anak, harta, gengsi, investasi.
Persiapan ruuhiyyah nikah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi. Dari harapan akan apa yang diperoleh, menuju apa yang akan dibaktikan. Jika nikah masih terbayang, lapar ada yang masakin, capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang pijit, dan tukang cuci. Berobsesilah dalam nikah. "Apa obsesimu?". 
Obsesi sebagai persiapan ruuhiyyah nikah semisal: Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/ istri ayah/ ibu untuk mensurgakan keluargamu? Usai itu, di antara persiapan ruuhiyyah nikah adalah menata ketundukan pada segala ketentuan-Nya dalam rumah tangga dan masalah-masalahnya.

'ilmiyyah tsaqafiyyah (Pengetahuan)
Pengetahuan nikah meliputi banyak hal semisal fikih, komunikasi pasangan, parenting, manajemen, dan lainnya. Bukan Ustadz pun, tiap Muslim harus sampai pada batas minimal Ilmu syar'i yang dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga. Lalu tentang komunikasi pasangan; seringnya masalah rumah tangga bukan karena ada maksud jahat, melainkan maksud baik yang kurang ilmu nikah.
Parenting. Waktu kita sempit, belum puas belajar jadi suami/ istri, tiba-tiba sudah jadi ayah/ ibu. Maka bersegeralah belajar jadi orangtua. Anak adalah karunia yang hiasi hidup, amanah (lahir dalam fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahal, sekaligus fitrah (ujian). Maka mengilmu hingga detai-detail kecil soal parenting adalah niscaya.

Maaliyyah (Finansial)
Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Bekerja itu keutamaan dan penegasan kepemimpinan suami. Persiapan finansial menikah sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, dan kendaraan yang harus anda punya. Persiapan finansial menikah bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, dan kemampuan kelola sejumlah apa pun itu. Maka, memulai pernikahan, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan, rumah, dan kendaraan. Ia soal kompetensi dan kehendak baik menafkahi.
Buatlah proyeksi nafkah menikah secara ilmiah dan executable, JANGAN masukkan pertolongan Allah dalam hitungan, tapi siaplah dengan kejutan-Nya. Kemapanan itu tidak abadi. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. White (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta.
Ketidakmapanan yang dinasmis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung terhadap serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat.

Jasadiyyah (Fisik)
Persiapan jasadiyyah untuk nikah terkait keamanan, kenyamanan, dan ketenangan. Pernikahan itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi dan rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah juga hal yang utama. Fisik kita dan pasangan bertanggung jawab lahirkan generasi penerus yang lebih baik. Maka perbaiki daya dan staminanya sejak sekarang. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tanggung jawab jajan sembarangan, jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus. 
Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik berlipat 3 setelah menikah. Jadi, target persiapan fisik menikah itu ada 3 tingkatan, PRIMER: sehat dan aman penyakit; SEKUNDER: bugar dan tangkas; TERSIER: beauty dan charm.

Ijtimaa'iyyah (Sosial)
Persiapan ini yang sering terabaikan. Pernikahan adalah peristiwa yang kompleks secara sosial. Sebuah pernikahan yang utuh mempunyai visi-misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan. Untuk itu, mereka yang akan menikah hendaknya mengasah ketrampilan sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan. Membiasakan mengomunikasikan prinsip-prinsip yang diyakini terkait pernikahan dan kehidupan kepada orangtua bisa jadi bagian dari latihan.
Pernikahan seharusnya hadir sebagai pengokoh kebajikan masyarakat, bukan beban ataupun pelengkap penderita. Mulailah dengan perkenalan pada lingkungan. Saat walimah nanti, tetangga rumah tinggal setelah nikah adalah yang paling berhak diundang. Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jaga dengan perkenalan.

Target besarnya adalah menjadikan pintu rumah kita sebagai yang paling pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan. Maka kita harus punya AKSES bukan ASET. Bangun jaringan saling menguatkan. Tampillah sebagai yang paling besar kontribusi dalam kebaikan-kebaikan sosial: agustusan, syawalan, kerja bakti, arisan, pengajian, dan seterusnya. Ringkas kata untuk persiapan sosial nikah ini adalah bermampu diri untuk menjadi pribadi dan keluarga yang AMAN, RAMAH, dan BERMANFAAT. 


(Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, hal.222)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Follow Us @soratemplates